Selasa, 17 Januari 2012

"The Lost World" ada di Indonesia

Para ilmuwan mengklaim bahwa mereka telah menemukan 'dunia yang hilang' dimana beberapa spesies hewan yang belum ditemukan terdapat di sana termasuk diantaranya adalah katak dan tikus raksasa dengan ukuran tubuh sebesar kucing. Ekspedisi yang dilakukan oleh BBC menjelajahi kawah raksasa sebuah gunung berapi yang terletak di dataran tinggi Papua Nugini untuk membuat film dokumenter Lost Land of the Volcano.

Didampingi oleh ahli biologi pertama yang pernah menginjakkan kaki di kawah, tim peneliti itu memfilmkan labah-labah aneh, ulat raksasa dan kanguru yang hidup di pohon. Sementara itu tikus yang berada di pulau itu panjangnya mencapai 81cm dari hidung ke ekor dan beratnya mencapai 1,3kg.

Kawah Gunung Bosawi dengan kedalaman beberapa meter hampir-hampir tak pernah tersentuh oleh tangan manusia semenjak meletus 200,000 tahun silam. Tim peneliti yang termasuk diantaranya berasal dari London Zoo dan Oxford University diperkirakan adalah orang-orang pertama yang memasuki kawah tersebut.
Pemimpin ekspedisi, Dr George McGavin mengatakan, "Ini luar biasa mengejutkan. Sudah waktunya kita menurunkan tangan dan memutuskan habitat ini layak diselamatkan." Di kawah tersebut mereka menemukan 40 spesies baru diantaranya 16 spesies katak, satu spesies tokek, 3 spesies ikan, 20 spesies serangga dan labah-labah dan satu spesies kelelawar.

Anehnya, kenapa selalu orang luar yang lebih perduli kepada lingkungan kita? padahal daerah itu kan kepunyaan kita seharusnya kitalah yang terlebih dahulu menemukannya. Kayaknya memang tingkat kesadaran bangsa Indonesia sudah di fase kritis.

(eksplorasi-dunia)

Selasa, 10 Januari 2012

Mengukur Usia Artefak dan Fosil Dalam Ilmu Arkeologi


oleh : Sucahya Tjoa

Penemuan-penemuan arkeologi di seantero dunia telah membantu para ilmuwan untuk meneliti kisah evolusi manusia dan migrasi manusia. Bagian yang cukup penting adalah penelitian usia fosil dan artefak. Namun bagaimana ilmuwan menentukan usia dari mereka? Ada beberapa metode yang dipergunakan yang akan dibahas berikut ini.
Metode : Penanggalan Radiokarbon ( Mengukur usia hingga 14.300 tahun )
Suatu ketika arkeolog menemukan tulang benulang, sisa-sisa tanaman dan kotoran-kotoran yang telah memfosil. DNA yang tersisa menunjukkan mereka berasal dari manusia tetapi tidak usiamerekaUntuk itupara ilmuwan melihat ke karbon yang terkandung dalam kotoran kuno tersebut.
Menurut definisisetiap atom dari elemen tertentu memiliki sejumlah tertentu proton pada intinya.Misalnya unsur karbon memiliki enam protontetapi jumlah neutron dalam inti dapat bervariasiIniberbeda dengan bentuk elemen yang disebut isotop secara inheren bisa stabil atau tidak stabilYang tidak stabil disebut isotop radioaktifdan dari waktu ke waktu mereka akan membusuk, membentukpartikel (neutron atau protondan energi (radiasi) karena itu berubah menjadi isotop atau elemen lain.Mereka melakukan ini dengan laju yang konstan disebut isotop setengah-hidup (half life)”.
Kebanyakan unsur karbon berada dalam bentuk stabil karbon-12 (12C)-(enam protonenamneutronatau karbon-13(13C),namun sejumlah yang sangat kecil (sekitar 0,0000000001%) adasebagai radioaktif karbon-14(14C)-(enam protondelapan netron). Tumbuhan hidup dan hewan terdiri dari 14bersama dengan isotop karbon lainnyatetapi ketika mereka mati dan fungsi metabolismemereka berhentimereka berhenti menyerap karbonSeiring dengan itu14meluruh menjadinitrogen-14(14N); setengahnya akan terjadi setelah sekitar 5730 tahun (ini adalah isotop yangsetengah-hidup), setelah sekitar 60.000 tahunsemua 14akan hilang.
Segala sesuatu yang suatu ketika dulu merupakan bagian dari obyek kehidupan seperti arang,kayutulangtepung sari atau kotoran yang memfosil (coprolites) yang ditemukan dapat dikirim kelaboratorium, dimana para ilmuwan dapat mengukur berapa banyak 14C yang masih tersisaKarenamereka mengetahui berapa banyak yang ada di atmosfer danoleh karena ituberapa banyakseseorang telah menyerapnya selama hidupnya. Sehingga mereka bisa menghitung berapa lama telah mati atau dari banyaknya pengendapanCoprolite rata-rata berumur sekitar 14.300 tahun, tapi ada juga yang berusia lebih dari itu.
Penanggalan Karbon telah dikembangkan oleh ilmuwan Amerika Willard Libby dan teamnya di Universitas Chicago pada 1962, yang berhasil mengkalkulasi lebih akurat 5730 dengan +/- 40 tahun (Libby half-life).
Metode : Penanggalan Argon-Argon ( Mengukur usia kira-kira 154.000 s/d 160.000 tahun )
Metode penanggalan Radiokarbon bekerja dengan baik untuk beberapa penemuan arkeologi,namun memiliki keterbatasan, sampai saat ini hanya dapat digunakan untuk mengukur usia bahanorganik kurang dari sekitar 60.000 tahunNamun, ada isotop radioaktif lain yang dapat digunakan untukmengukur usia bahan non-organik (seperti batudan bahan-bahan yang lebih tua (sampai miliarantahun)
Salah satu dari radioisotop ini adalah adalah kalium-40, yang dapat ditemukan di batuanvulkanikSetelah batu vulkanik mendinginkalium-40(40K) akan meluruh menjadi argon-40(40Ar) denganwaktu paruh 1,25 miliar tahun. Dengan ratio ini memungkinkan untuk mengukur rasio 14K terhadap 40Ar,dengan ini dapat diperkirakan umur batu tersebut, tetapi metode ini kadang kurang tepatNamun, pada 1960 para ilmuwan menemukan satu cara bahwa jika sampel batu tersebut disinari dengan neutron, maka terjadi 40K berubah menjadi Argon-39(39Ar), sebuah isotop tidak mudah ditemukan di-alam tapi lebih mudah untuk diukurWalaupun lebih rumitproses ini menghasilkan pengukuran usia yang lebihtepatSebagai contohpara ilmuwan dari Universitas California di Berkeley mampu mengukur usiasampel batuan dari letusan tahun 79M dari gunung berapi Vesuvius, letusan yang terjadi dalam kurun waktu 7 tahunan. Ketika pada tahun 1997 mereka menemukan peralatan dari batu, dan fosil sisa-sisabeberapa jenis hewantermasuk kuda nildan tiga tengkorak hominid, yang tidak dapat diukur dengan14C karena usianya terlalu tua.
Karena tengkorak Hominid dan artefak yang ditemukan di Herto tidak dapat diukur usianya secara langsung karena bahan-bahan organiknya telah lama memfosil menjadi batu. Maka para ilmuwan meneliti batuan-batuan dan pasir vulkanik yang menempel dan mengubur fossil tersebut. Hasil pengukuran batuan ini menunjukkan usia sekitar 154.000 sampai dengan 160.000 tahun, dengan demikian tengkorak tersebut dapat disimpulkan berusia sekitar tahun yang sama, sehingga Homo Sapien ini dapat dianggap yang tertua yang telah ditemukan selama ini.
Metode : Penanggalan Termoluminisen/Thermoluminescence ( Mengukur usia lebih dari 77.000 tahun )
Seperti dalam Penanggalan Argon-Argon, metode penanggalan Termoluminisen ini dialakukan dengan cara sampel dipanasi dengan suhu tinggi, kemudian dihitung/diamati mulai dari sejak mula dipanasi. Dengan pemanasan suhu ekstrim tinggi menyebabkan sebagian elektron yang terdapat pada kristal tertentu seperti kuarsa dan felspar dalam batuan tereliminir, sedang seiring dengan lepasnya elektron tersebut maka dapat ditemukan jumlah jejak atom radioaktif yang ditemukan dilingkungannya. Dengan cara memanasi ulang batuan tersebut ilmuwan dapat melepaskan energi yang tersimpan, yang berupa pelepasan sebekas cahaya, ini yang dinamakan “Termoluminisen”. Intensitas cahaya menunjukan Intensitas cahaya menunjukkan berapa lama batuan tersebut sejak terakhir telahdipanaskan.
Seperti tengkorak Herto, berhubung batuan pada ukiran di goa Blombos tidak dapat langsung ditentukan. Maka lapisan batuan yang sama pada bagian ukiran dipanaskan, sehingga didapati Penanggalan Termoluminisen yang menunjukan usia yang sama dengan bagian yang lainnya. Dimana hasil pemanasan tersebut menunjukkan usia sekitar 77.000 tahun. Sehingga dapat dikatakan ukiran tersebut merupakan temuan yang berusia tertua selama ini.
Bahan :
Scientific Dating in Archeology by Tsuneto Nagatomo, Nara University of Education, Sept 19, 2008
Showing Their Age by Sarah Zielinski Smithsonian magazine, July 2008
http://en.wikipedia.org/wiki/Radiocarbon_dating

Senin, 09 Januari 2012

Jerman Siap Bantu Kuak Misteri Piramida Garut



Ilmuwan asing ingin membuktikan hipotesa, nusantara pernah jadi pusat beradaban dunia.


VIVAnews --Gunung Sadahurip atau Gunung Putri di Garut, Jawa Barat kini menjadi pusat perhatian. Sebab, diyakini, bukit itu tak hanya sekedar onggokan tanah, namun menyimpan sebuah rahasia besar: sebuah piramida.

Menurut perkiraan, besar dan usianya melampaui Piramida Giza di Mesir. Tingginya diduga mencapai 200 meter, usianya sekira 10.000 tahun. Benar atau tidaknya klaim tersebut, masih menunggu pembuktian melalui proses eskavasi.

Terkait eskavasi, anggota Tim Katastropik Purba yang ikut menemukan gunung piramida, Iwan Sumule mengatakan, sejumlah peneliti dan lembaga asing telah menawarkan bantuan. Berupa tenaga peneliti, juga dana.

"Kami sudah dikontak, mereka akan memberi bantuan dana dan ajukan kerjasama penelitian, bahkan sudah dirancang juga oleh sebuah yayasan Jerman," ujar Iwan dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Kamis 29 Desember 2011.

Pihak yang sudah mengajukan tawaran kerjasama, adalah sebuah lembaga peneliti Jerman, Deutsche Orient-Gesellscaaft (DOG) dan peneliti, Prof. Bonatz, juga dari Jerman. 

Sebelumnya, masuk daftar peneliti yang tertarik dengan piramida Garut adalah Stephen Oppenheimer, ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris. Ia adlah penulis buku "Eden in The East", yang mengungkapkan bahwa peradaban yang ada sesungguhnya berasal dari Timur, khususnya Asia Tenggara.

Alasan ketertarikan itu, kata Iwan, karena mereka pernah menulis buku atau studi tentang piramida. Sekaligus membuktikan hipotesa soal peradaban maju yang konon berada di nusantara. “Titiknya di daerah Sunda, mereka sudah memprediksi dalam bukunya, dia (Oppenheimer) sudah memprediksi,” tambahnya.

Untuk memperlancar proses eskavasi, pihaknya akan mengadakan pertemuan khusus dengan Oppenheimer pada bulan Febuari 2012 di Bali bersamaan dengan pertemuan peneliti budaya seluruh dunia. Dalam pertemuan itu, akan dibicarakan berbagai hal untuk memperlancar eskavasi. "Kami bicarakan teknis eskavasi nanti bagaimana juga berbagi data terkait dengan piramida. Dia juga sudah meneliti piramida di daerah Timur Tengah," lanjut Iwan.

Tunggu pembuktiannya
Meski menimbulkan harap dan menerbitkan rasa penasaran, sejumlah pihak mempertanyakan klaim piramida di nusantara. Apalagi, Indonesia tak mengenal adanya piramida.

Menanggapi berbagai pro kontra itu, Iwan meminta pihak yang menyangsikan untuk menunggu hasil penelitian. "Kita buktikan saja dengan tahapan ilmiah, metode ilmiah. Itu sudah kita lakukan," kata dia.

Ketertarikan peneliti asing, dia menambahkan, juga memperkuat klaim tersebut. "Peneliti asing pasti sudah mempelajarinya, tidak mungkin mereka antusias terus tidak meyakini hal ini," jelasnya. "Masa orang luar yang malah percaya, kita sendiri nggak percaya."

Ia melanjutkan, masyarakat saat ini juga antusias untuk menunggu kebenaran soal peradaban yang tersimpan dalam piramida tersebut. "Saat ini masyarakat sekitar memang mengeramatkannya. Untuk itu penelitian ini bisa menjawab (rasa penasaran)," dia menambahkan.

Iwan berharap bila ternyata benar terdapat piramida di balik gunung tersebut,  ini akan berdampak positif bagi masyarakat sekitar. "Bisa positif untuk sosial budaya dan ekonomi."
• VIVAnews

Diselidiki, 5 "Gunung Piramida" di Luar Jawa

VIVAnews -- Tim Katastropik Purba, yang dibentuk untuk meneliti berbagai bencana alam berkategori katastropik yang terjadi di masa lalu menemukan, empat gunung dan satu bukit yang anomali. 

Yakni, Gunung Dua Saudara di Sulawesi Utara, Gunung Kiematubu di Tidore, Tyom Papua di Lembah Baliem, Gunung Inniere di Nusa Tenggara Timur, dan Bukit Penrissen di Kalimantan Barat. 

"Dari riset awal tim katastropik purba, mengindikasikan kecenderungan tidak natural," kata anggota tim, Iwan Sumule dalam keterangan yang diterima VIVAnews.com
 
Dia menambahkan, kempat gunung dan satu bukit tersebut pada 2012 akan menjadi tempat riset, terutama terkakit patahan atau sesar gempa. "Seperti diketahui berdasarkan hasil tim peta gempa 2010, ada ancaman potensi ancaman gempa di jalur patahan aktif besar seperti di Patahan Palukoro-Matano di Sulawesi, Patahan Sorong, dan Tarerua-Aiduna di Papua," kata Iwan. 

Tim katastropik purba akan merekomendasikan patahan-patahan besar itu untuk diteliti dan diwaspadai. "Kami  berharap Mendikbud dan Menristek bersama LIPI, GREAT ITB, Geologi UGM, ITS, dan lain-lain untuk melakukan percepatan riset di kawasan Indonesia timur itu," tambah dia. 

Terkait dugaan man made alias buatan manusia di empat gunung tersebut adalah sebuah bukti. "Ada hubungan erat antara peradaban dan kebencanaan," kata Iwan.

"Dari riset awal tim katastropik purba, mengindikasikan kecenderungan tidak natural."


Sementara, di Bukit Penrissen di Kalbar juga direkomendasikan, apakah di sekitarnya ada kecenderungan patahan yang belum diketahui aktifitasnya. "Karena pada 2011 lalu terjadi gempa di Singkawang, ini di luar dugaan. Selama ini Kalimantan dianggap daerah yang aman gempa, ternyata gempa Singkawang sempat terjadi," kata dia. 

Sebelumnya, tim merilis temuan "gunung piramida" di Pulau Jawa, khususnya Gunung Sadahurip atau Gunung Putri di Garut, Jawa Barat. Diyakini, bukit itu tak hanya sekedar onggokan tanah, namun menyimpan sebuah rahasia besar: sebuah piramida.

Menurut perkiraan, besar dan usianya melampaui Piramida Giza di Mesir. Tingginya diduga mencapai 200 meter, usianya sekira 10.000 tahun. Benar atau tidaknya klaim tersebut, masih menunggu pembuktian melalui proses eskavasi. 
Gunung Dua Saudara di Sulawesi Utara
Gunung Kiematubu di Tidore
Tyom Papua di Lembah Baliem
Gunung Inniere di Nusa Tenggara Timur
Bukit Penrissen di Kalimantan Barat

"Pembatasan BBM Bersubsidi Tak Bisa Ditawar"



Anggaran negara semakin membengkak untuk menahan kenaikan harga BBM.


VIVAnews –  Selama tahun 2011, kekhawatiran krisis ekonomi global akibat surat utang negara-negara Eropa menghiasi pemberitaan di seluruh media di dunia, bahkan Indonesia. Semua mata pun tertuju pada upaya pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk menahan gempuran krisis yang bakal melanda perekonomian tanah air.
Dari dalam negeri, sektor keuangan juga menjadi perhatian dengan mencuatnya kasus Muhammad Nazaruddin yang turut menyeret Kementerian Keuangan selaku pengelola anggaran pemerintah. Belum lagi masalah rekening sejumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) muda yang dinilai tak wajar, Otoritas Jasa Keuangan, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Memasuki tahun 2012, lagi-lagi Kementerian Keuangan menjadi sorotan dengan kekerasan sikapnya agar pemerintah tetap memberlakukan kebijakan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Alasannya, anggaran negara sudah semakin membengkak untuk menahan kenaikan harga BBM di tengah minyak mentah dunia yang sempat meningkat dan pengguna kendaraan yang terus bertambah.
Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar pun menyempatkan diri berkunjung ke redaksiVIVAnews.com di Menara Standard Chartered, Jakarta, Kamis, 5 Januari 2011 untuk menjelaskan segala pertanyaan dan isu-isu di sektor keuangan. 
"Kalau kita penyelesaiannya terisolasi dari konteks global, mungkin tak akan langgeng," ujar Mahendra yang juga sebetulnya memulai meniti karier di bidang diplomasi.
Berikut ini perbincangan antara redaksi VIVAnews dengan Mahendra Siregar yang sempat membeberkan proses penunjukan dirinya sebagai Wakil Menkeu:
Soal pembatasan BBM, apakah April ini harus jadi?
Harus dong, karena persoalan pada akhirnya yang bisa menjaga kita adalah kita sendiri dari segala macam guncangan dan tantangan. Kalau saya cukup optimis bahwa untuk menghadapi kontek global, daya tahan kita sangat baik. Tapi saya melihat kemampuan kita bisa lebih dari itu, bisa lebih daripada hanya bicara dampak internasional dan daya tahan terhadap guncangan seperti itu.

Bagaimana sebenarnya tahapan pelaksanaan April mendatang?
Tetap dirumuskan. Mulai dari konversi, mekanisme pemantauan, mekanisme untuk transmisi kepada masyarakat, kepada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), dan sebagainya. Itu saya pikir hal yang teknis. Saya harapkan, prinsipnya itu, kita sudah tidak perlu persoalkan lagi. Kami sudah bicara ke level eksekusi, implementasi konkrit. Memang betul tak akan jalan 100% di tahap awal, sistim apapun. Tapi kami masuk ke dalam ranah penyempurnaan sistem eksekusi itu.

Bisa hemat anggaran berapa?
Pada akhirnya tergantung dari harga bahan bakar minyak (BBM) saat itu dan sepanjang tahun. Kita lihat lagi. Saya melihat masih ada beberapa opsi.

Artinya, pembatasan BBM subsidi ini sudah pasti?
iya...iya...sudah pasti

Bagaimana sikap DPR?
Sikap DPR justru jelas. Mereka memberikan cap (batasan) dari segi volume yang dibatasi secara tegas. Itu bukan hanya dukungan tapi betul-betul semacam batasan untuk dilakukan dengan sungguh-sungguh. Itu lebih dari sekadar sinyal dukungan, tapi sudah rumusan yang konkrit.

Pembatasan dan konversi gas itu satu paket, karena tanpa konversi bagaimana akan bisa membatasi. Kalau tidak ada yang satu, bagaimana yang lain akan jalan.

Saya pikir terlepas dari siapapun presidennya akan terus menghantui. Masalah energi akan lebih panjang dari term (jangka waktu) periode presiden.
Kementerian Keuangan terus mendesak pembatasan ini berlaku, tapi yang terlihat seperti menabrak tembok?
Saya pikir tidak. Ini kan disatu pihak, peluang untuk keberlanjutan tinggi dan di lain pihak diharapkan, kalau pun ada implikasi sosial bisa lebih diantisipasi dengan baik. Tapi keuntungan untuk kita berkembang lebih lanjut, sangat tinggi. Kalau tidak, kita digondoli terus oleh masalah ini.

Untuk konversi BBM, bagaimana soal pasokan gas?
Kalau saya melihat masalah, tidak pernah dalam kontek bahwa kita ambil keputusan setelah mendapat nilai 8 dulu. Negara maju saja tidak seperti itu. Jadi kami sekarang ambil strategi dan keputusan dulu dan secara pararel bekerja mendukung kesinambungan dari keputusan itu. Apalagi untuk suatu sistem yang baru. Kami sudah firm dan mekanisme pembatasan ini bukan sesuatu yang baru didunia sehingga bisa belajar dari negara lain.

Bisa Anda berikan contoh sukses pembatasan BBM atau konversi gas ini?
Sebenarnya semua negara melakukan itu, mulai dari intervensi di harga sampai pada promosi di salah satu sumber energi lain. Memang di negara maju, sumber energi baru itu lebih banyak yang terbarukan. Mereka yang terakhir ini, perhatian kepada biodiesel. Mereka di satu pihak fosil fuel dikenakan pajak luar biasa mulai dari pajak lingkungan, konversi dan lain-lain. Dilain pihak di bagian energi terbarukan, diberikan subsidi yang besar-besar. Itu mekanisme yg hampir baku dan kita ini yang masih baru.
BBM di Indonesia zero tax, padahal mulai dari aspek komersil sampai lingkungan hidup danclimate changee tidak ada yang lebih dahsyat dari destruksi-nya BBM. Kita dalam sistem BBM bisa dibilang ketinggalan zaman, orang market dan harga sudah sampai mana, Indonesia malah mempromosikan dan memproteksi penggunaan BBM.
Dengan pembatasan BBM setelah April  ini, bagaimana proyeksi Inflasi tahun 2012?
Saya tidak tahu. Tapi kami melihatnya dari seberapa baik kita siapkan transisi termasuk konversi gas. Dalam membicarakan inflasi juga kita bicara variable komoditas yang lain, tak hanya ini (BBM).
Saya pikir dalam perkembangan global tren masih softening dari komoditi prices.

bisa ditahan di 6%?Saya kira bisa sampai April sekalipun. Momentum ke arah sana. Tidak kita harapkan lonjakan di tingkat global yang luar biasa. Kan di satu pihak domestik prices dan di lain pihak pengaruh internasional yang masuk langsung atau lewat komoditas dan proses produksi yang menggunakan barang-barang impor.
Saya pikir posisi Indonesia, dalam bahasa defensif-nya, sekarang bukan lagi daya tahan terhadap krisis. Kalau istilah saya yang optimis, never been better. Karena realitasnya memang begitu. Tapi bukan berarti kita bisa memperoleh posisi sehat di saat yang lain sakit.
Mungkin maksudnya kita sudah belajar dari pengalaman terlebih dulu?
Betul. Makanya kalau ketemu orang luar negeri, kita tak usah ngomong karena dia sudah malu duluan.

Saya melihat betul dunia sekarang ini terbalik, mendengarkan ‘pidato’ dan presentasi negara maju, itu seperti apa yang kita perbincangkan sepuluh tahun lalu. Dalam pertemuan internasional, negara-negara berkembang kurang percaya diri sehingga selalu melakukan presentasinya yang panjang. Tapi sekarang, malah negara maju yang berperilaku begitu. Mulai dari Eropa, Amerika Serikat, Jepang yang mencoba meyakinkan negara lain mengenai kondisi ekonomi mereka yang sudah lebih baik.
Dunia terbalik itu benar, dalam fakta bukan lagi dalam kiasan. Mereka sibuk meyakinkan negara lain tapi sekarang Indonesia bisa nunjuk-nunjuk saja

Tahun baru lalu, begitu banyak perayaan kembang api, apakah ini indikator pendapatan per kapita kita meningkat?
Tak hanya itu, kita mencapai penumpang pesawat 60 juta 2011. Itu betul.

Ekspektasi Anda sebagai pejabat, kapan GDP/kapita kita bisa mengalahkan Malaysia?
Kalau itu masih lama. Kalau kita menggunakan purcahing power parity (PPP)Indonesiasekarang mendekati  5.000 kalau Malaysia sudah 3x lipat sekitar 16-17 ribu. Kalau saya pikir masih jauh.

Ada peluang?
Peluang selalu ada. Sumber daya kita jelas lebih besar. Saya pikir yang harus kita lalui adalah ambang mungkin kita tak berandai-andai dengan sistem sosial politik kita. Kita mesti lewati ambang itu dulu. Kalau itu bisa dilewati, saya rasa dengan ambang itu terlewati mungkin naik ke 6.000-6.500 lah.
Tapi untuk membandingkan dengan Malaysia itu sangat relatif. Sekarang kalau bersaing dengan Malaysia harus dilihat dalam konteks apa dahulu? Kalau dari jumlah orang Indonesia yang pendapatan per kapita lebih banyak dari Malaysia, jangan-jangan kita sudah jauh diatas Malaysia.

Malaysia saat ini penduduknya 25 juta kan, lihat saja. Bahwa secara rata-rata memang masih jauh, jadi relatif. Karena yang orang sering gunakan sebagai pembanding adalah kita setiap tahun harus menyiapkan lapangan kerja yang jumlahnya 60 persen dari penduduk Singapura atau 2,5 juta.
Tapi kan di lain pihak negara kita sebesar ini. Jadi kadang kala memang sulit tapi tak ada salahnya juga membandingkan per kapita. hanya jangan terlalu jauh.

Pemerintah sekarang mengeluarkan kebijakan survei pajak. Mengapa tak mengincar perusahaan besar saja tanpa harus menyusahkan rakyat kecil?
Kalau saya melihatnya, itu tak terelakan tapi bukan berarti kita tak mengupayakan secara baik governance-nyaBahwa kemudian dalam bentuk, katakanlah di pajak pertambahan nilai (PPN) atau pajak penghasilan (PPh) untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) mengenai besaran tertentu, tentu kami akan mendengar dan menampung masukan ini.
Mamun yang perlu disadari, juga banyak yang mengeluh mengeluh mengenai terminiologi UKM ini. Memang kalau dilihat dari katakan satu unit bisnis itu, dia masuk ke UKM. Tapi, ternyata kalau dilihat secara keseluruhan dia punya 50 unit UKM. Ini konglomerat. Ini yang kemudian antara keberpihakan dan keadailan.
Saya rasa kalau keberpihakan, di seluruh dunia kalau ada pemerintah tak berpihak pada UKM, itu sangat aneh. Tapi kemudian itu menimbulkan komplikasi yang tadi, tentu akan kita benahi. Dengan tak membenahi itu, kita tak adil pada yang benar. Kita hadapi saja.
Jadi jangan apriori mengatakan bahwa ini bisa atau tidak dilaksanakan. Kita hadapi saja, kita jauh dari sempurna. Asal tadi, kebutuhan aturan, mekanisme yang mendasar sudah dibentuk. Bahwa dalam prosesnya, ada penyempurnaan tidak ada masalah.
Contoh kemarin saja, selain mencapai diatas pendapatan negara Rp1000 triliun, untuk pertama kalinya juga tax ratio kita naik 1 persen dari 11,3 menjadi 12,3. Kenaikan 1 persen terjadi disaat PDB naik 6,5 persen. Ini terjadi di saat semua orang setengah mati bicara mengenai bagaimana susahnya menjaga pendapatan saat krisis global, kita naik bukan hanya sebesar GDP malah lebih besar dari GDP.
Tapi untuk melihat rasio ini memang harus dilihat secara hati-hati. Masing-masing negara memiliki definisi. Tapi kalau pakai definisi yang dipakai negara lain atau benchmark OICD mungkin kita sudah dikisaran 15 persen. Tapi tentu kita yang disepakati DPR, tax ratiosekitar 12-an itu. Sebetulnya kita tidak sejauh dari negara maju yang sudah mencapai 20 persen itu.

Pajak dan petugas ketemu potensi penyelewengan?Itu memang potensi resiko. Memang idelanya adalah lewat online dan didukung e-payment.
Teknologi sekarang tak ada yang bisa mencegah kita sampai masuk kesitu. Apalagi kalau e KTP jalan, bisa dibayangkan Indonesia tak hanya memiliki single identity dalam artian identitas tapi juga NPWP, kegiatan perusahaan, Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS), dan lain-lain.
Dalam kaitan dengan Reformasi birokrasi, Kemenkeu selalu dianggap contoh baik. Tapi mengapa PPATK menemukan PNS yg mempunyai rekening ganjil?Kami konfirmasi ulang hal ini dengan PPATK dan memang kelihatan bahwa angka-angka ini masih perlu di-rekonfirmasi. Tetapi setelah konfirmasi, ternyata yang dimaksudkan adalah satu periode yang bermula sejak 2007. Jadi bukan kasus terakhir atau baru.
Sejak 2007 akumulasinya disebutkan oleh PPATk sebanyak 60-an rekening. Angka kami malah sejak saat itu sebanyak 80-an. Dari 80 lalu kita jelaskan, bahwa prosedurnya PPATK adalah mengidentifikasikan kegiatan mencurigakan yang dideteksi melalui rekeningnya untuk diinvestigasi lebih lanjut. Dari daftar itu disampaikan, sudah sekian puluh dikenakan sanki, sekian puluh dalam proses penyelesaian, sekian puluh dalam proses kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan sekian lagi sedang diinvestigasi.
Jadi ini lebih pada rekonsiliasi dan pemutakhiran data-data PPATK itu sendiri.

Sebenarnya, seberapa gendut rekening itu?Macam-macam. Ada yang sampai luar biasa besar sekali tapi ada yang betul-betul dalam arti indikasi yang masih bersifat awal. Ini yang masih harus diselediki. Itu termasuk pada kasus Gayus segala. Ternyata data PPATK itu akumulasi data.

Memang modusnya selama ini lewat pindah ke rekening pribadi?Udah tak ada lagi. Itu justru di waktu yang lalu dan kami istilahkan rekening liar. Sebenarnya di Kemenkeu itu sudah selesai. Tapi itu dia, ini akumulasi 2007, memang dulu masih tergambar itu tapi praktiknya sendiri sudah tidak ada. dalam arti kasus yang terbaru, tak lagi memasukan modus rekening pribadi seperti itu.

Modus terbaru?Ketidakwajaran dari berbagai segi. Bagaimana mungkin profil kepangkatan mereka dengan rekening sebesar itu. Tapi kan ini indikasi awal dari kemungkinan, ini yang kemudian diperiksa.

Pejabat eselon 1 ada?Tentu ada. Tapi dalam arti bukan dari eselon I yang sekarang.
Kembali soal konversi gas, selisih harga tak menarik ditambah pembelian converter kit, bagaimana sikap pemerintah?Ini kan harus satu paket. Antara konversi atau pembatasan, maka pembatasan ini yang harus disiplin. Mungkin saja diawal, akan ada org yang menyolong, tapi kami melihat dari konteks apakah yang langsung berubah dengan menghitung biaya konversi atau juga justru ke kendaraan baru yang dari awal sudah didesain ke arah sana.
Perusahan otomotif juga melihat hal ini dari segi kepastian dan peluang bisnis. Kami memang mesti melihat dampak langsung pada anggaran 2012 tapi dampaknya pada anggaran tahun-tahun berikutnya. Seberapa signifikan dampak APBN 2012, mungkin akan terlihat tapi kita harus melihat lebih dari itu.

Infrastruktur SPBG bagaimana?itu termasuk yang harus didukung dalam arti apakah dukungan bentuk penuh langsung secara komersil atau ada dukungan komponen dukungan pemerintah. Ini yang harus dihitung dulu.
Saya melihat ini investasi kita semua. Kalau pendekatan satu paket nanti akan berpikir dimana membeli gas, kalau jauh mungkin orang tak mau jalan juga. Saya tak berpikir akansmooth di awal. Siapapun menteri dan presidennya, kebijakan ini sudahlah jangan ditawar lagi.
Lebih mirip ke konversi LPG?Ya bisa juga. Pada awalnya dikasih dukungan tabung. Tapi mesti dilihat siapa penggunanya.
Kapan diumumkan kebijakan?Saya berharap jangka pendek karena April ini harus betul-betul implementasi. Jangan ditawar lagi.

Sebenarnya apa kendalanya jika diihat dari sisi kebijakan?Saya rasa semua masyarakat sudah tahu mengenai hitungan implikasi sosial politiknya. Kalau konversi gas, saya rasa lebih pada komitmen untuk betul-betul ini langkah yang tak bisa ditawar lagi. Ini masalah komitmen

Apa kebijakan pembatasan ini sudah sudah diputuskan di Sidang Kabinet?Terus terang tak ada satu keputusan yang sudah disetujui di tingkat Undang-undang tanpa melalui proses persetujuan di Sidang Kabinet. Apalagi terkait APBN.
Pelaksanannya akan bentuknya dalam keppres?Iya. Tapi komitmen dan keputusan legilsasi lebih tinggi dari itu. Makanya jangan ditawar lagi. Keputusan Presiden lebih pada aspek eksekusi.

Saat ini sebenarnya bola mengenai pembatasan BBM ini ada di siapa?
Semua. Masing2 ada tanggung jawabnya.

Semua menteri terkait sudah setuju?Kalau saya melihat presiden sudah komitmen. Saya melihat keputusan sudah strategis momentumnya tadi. Kalau tidak kita play defence lagi. Saya melihatnya ini bedanya dengan tahun 97-98 yang reformasi karena krisis kita. Sekarang kesempatan org lain yang krisis, kita yang reformasi.

Terkait mengenai anggaran pemerintah, masih ada kekhawatian tindakan korupsi. Bagaimana tanggapan Anda?
Kalau dilihat intensitas permasalahan, saya tidak melihat cakupannya menjadi lebih besar dalam wilayah itu. Tapi kalau yang dimaksud dengan keterlambatan, memang belum berhasil kami selesaikan dengan lebih baik.
Kalau yang pertama, intensitas saya tak melihatnya justru sebaliknya. Indikasi penyerapan lambat itu menunjukan orang main bermain aman. Jadi mereka lebih baik tak menyerap anggaran daripada mereka dianggap berbuat salah.
Persoalan itu lebih besar?Iya, itu ada persoalan inefisiensi dalam implementasi penggunaan anggaran. Tapi karena itu tak secara langsung terefleksi dalam penilaian kinerja pengelola anggaran.
Dalam M Nazaruddin, sebetulnya seberapa tepat Kementerian Keuangan memerika kebenaran anggaran itu? Tampaknya anggaran terlalu dibesar-besarkan?
Kasus per kasus jelas bisa lebih besar sekali. Kalau saya melihat secara keseluruhan lebih besar, mungkin saja saya salah, tapi agak kurang logis saat kita proses pengelolaannya lebih transparan. Mulai dari pengiriman dana ke daerah, saat ini semua lebih transparan. Mulai dari website, besaran, dan penerimanya semua sudah jelas. Malah saya bertanya, apa memang mungkin di era yang makin tranparan, terjadi kondisi yang buruk seperti itu.

Kabarnya, banyak anggaran yang pemerintah tinggal tanda tangan. Bagaimana tanggapan Anda?
Itu ironis. Makanya bahwa hipotesa itu intensitasnya membesar disaat membesarnya transparansi, itu ironis. Tapi menurut saya tak ada cara lain, selain makin transparan dan makin dibuka. Karena alternatifnya akan lebih berat lagi. Harus diingat, persoalan distrust persoalannya mahal sekali.

Apakah Depkeu hanya juru bayar?Kita sudah jelas, melihat secara performance budget. Itu kriterianya, peruntukannya, outputnya, kelengkapannya sudah jelas. Memang siklus budget seperti itu.

Tak ada Review mendalam dari sisi pembayar atas proyek itu?Proses review itu dilakukan dalam penyampaian proposal, dalam penyampaian output target. Disitu bagiannya, bukan di aspek eksekusi. Jadi lebih pada aspek kesiapan dan kelayakan suatu kegiatan bukan dari sisi eksekusi.
Kalau di eksekusi, sudah membicarakan audit penggunaan uang sudah ke auditor, BPKP dan BPK.  Mungkin disitu diperlukan sinkronisasai antara perencanaan dan pemantauan dan evaluasi. Memang itu institusi yg berbeda

Terkait redenominasi rupiah, bagaimana sebenarnya sikap Kemenkeu?Ini memang apa yang ingin kita ingin capai dalam beberapa waktu ke depan. Ini sudah jelas bahwa redenominasi langkah yg baik.

Apa tak khawatirkan kebijakan itu membuat harga malah naik?Memang ini harus hati-hati dalam penyampaian. Redenominasi ini justru dilakukan saat kepercayaan pada ekonomi sedang baik. Berbeda jika dilaksanakan ketika ekonomi tengah menghadapi masalah, lalu kami melakukan kebijakan ini. Nanti, orang bisa salah mengerti.
Justru kami melakukan redenominasi, dalam rangka perkembangan ekonomi yang baik.

Manfaatnya apa sebenarnya?Itu simplifikasi saja dari jumlah yang sudah kurang pas untuk ukuran standar internasional. Redenominasi sebetulnya semua negara yang hampir maju melakukan itu.

Kalau belajar dari proses Euro, tak semudah itu, pada akhirnya terjadi kenaikan harga?Hal itu berbeda. Untuk kases euro, negara itu seakan-akan harus menyesuaikan nilai tukar euro kepada nilai tukar mata uang yang sudah tak ada lagi sehingga perbedaan itu menjadi lebih tipis.
Dalam kasus Indonesia, kami kan tidak ada keperluan seperti itu. Ini kan tetep pada daya beli dan tingkat harga yang tidak harus disesuaikan dengan negara manapun.
Keuntungan apa bagi Indonesia?Penyederhanaan. Pada akhirnya kepercayaan diri pada daya beli mata uang kita. Kalau tanpa penyesuaian seperti itu dan nol yang terlalu banyak, kesannya sebagai mata uang yang tak kuat. Kuat bukan dalam arti mahal.

Tampaknay lebih pada kosmetik?
Dari segi nilai tidak. tapi dari segi kepercayaan bahwa rupiah adalah nilai mata uang yang dapat dianggap makin serius. mata uang yang nolnya kebanyakan itu, jarang dianggap serius.
Saya pikir ini lebih dari pada kosmetik, kalau kosmetik itu lebih pada diri sendiri. Redenominasi itu menjadi kosmetik kalau dibelakangnya tak ada perbaikan dalam kondisi perekonomian. Kalau ekonomi sedang baik, saya optimis.

Tidak sederhana?makanya kami tak berani dalam waktu singkat harus selesai dan waktu transisi pun diperkenankan dua satuan. Jadi sangat berhati-hati dan internasional best practices banyak yang bisa kami pakai. Ada 10 negara yang sudah melakukan itu. Ada negara yang berhasil dan ada juga yang gagal, kami ambil pelajaran dan belajar dari dua itu.

Sudah disepakati atau hanya usulan BI?
Sudah disepakati, dan memang kami perlu bersinergi untuk implementasi itu.
Belum diajukan ke DPR?
Kalau pembahasannya sudah dilakukan, untuk formalitasnya tentu harus dilalui.

Seberapa serius sebenarnya redenominasi ini?
Kami melihat itu komitmen bersama yang harus kami dorong ke proses yang formal. Memang tim tadi tak eksklusif dari Kemenkeu tapi terdapat tim dari Bank Indonesia juga. Sudah saat Indonesia menuju ke perekonomian 12 besar dunia
Pembahasan sudah sampai mana?Sudah. Dalam arti sudah betul-betul ke revisi draft yang ke final, kami tak bisa konsep lagi.
Apakah rencana redenominasi ini akan tetap diajukan kendati berganti presiden?
Banyak hal di negara berkembang yang sebenarnya sangat mendasar untuk melakukan sesuatu lebih dari satu term pemilu. Kalau tidak, tidak akan selesai-selesai.
Mengenai Kementerian Perdagangan mengeluarkan kebijakan TOEFLS 600, Apa hal yang sama akan diikuti Kemenkeu?
Kami melihat hal itu sebagai terobosan. Kalau objektif saya rasa baik.
Kami melihat implementasi mudah-mudahan transisinya baik juga.
Sedikit ke belakang, bagaimana sebenarnya Anda bisa terpilih sebagai Wakil Menkeu?
Saya juga bingung.
Ada perasaan Anda akan menjadi Wakil Menkeu?
Saya tak ada rasa bakal jadi Wakil Menkeu. Malah saya sedang sidang diberitahu pak Sudi Silalahi (Mensekneg) ketika tengah mengikuti pertemuan ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia. kala itu saya disuruh kembali lebih cepat.
Pak sudi mengatakan diberi tahu dipanggil presiden SBY ke Cikeas. Di Cikeas langsung dikasih instruksi saja.

Instruksinya dari SBY kala itu apa?Kondisi global kita semua harus waspadai untuk itu perlu Wakil Menkeu satu lagi yang lebih melihat soal itu secara global. Saya tak tanya kenapa saya terpilih tapi mungkin karena interaksi selama ini, secara tak langsung sering berhubungan. Saya tak tahu pertimbangan beliau.

Pembagian tugas dengan Wakil Menkeu Anni Ratnawaty?Pada akhirnya banyak overlaping, jelas terjadi. Tapi dari aspek unit-unit yang ditangani. Untuk Bu Anni dia mengurusi siklus anggaran mulai dari Dirjen anggaran, Dirjen Pengelolaan Utang, Dirjen Perimbangan Keuangan dan Dirjen Perbendaharaan.
Kalau tugas saya Badan Kebijakan Fiskal, Bapepam LK, Dirjen Kekayaan Negara dan Badan Diklat. Menteri Keuangan langsung Iirjen, Sekjen, Bea Cukai, dan Pajak.
Overlaping dalam arti pelaksanannya semua terlibat. Gaya pak menteri (Agus Martowardojo) ini menarik. Saya rasa mirip, di satu pihak pengambilan keputusannya firmtapi prosesnya demokratis dalam arti semua digali pandangannya, dan perspektifnya dalam suatu keputusan.
Banyak yang protes Sabtu Minggu masuk?Malamnya itu yang repot (tertawa). Tapi risiko jabatan lah. Kalau saya melihat banyak sekali masalah yang harus diselesaikan, bukan dalam arti masalah tapi  pending matters(persoalan tertunda) yang semua punya deadline sendiri yang ketat. Jadi mau bagaimana lagi, kalau tidak, semua akan terlambat.
Ini saja langkah untuk menuju Otoritas Jasa Keuangan, ketatnya minta ampun. Kalau slip sedikit dari jadwal, kami berhadapan dengan UU di sebelah sana.
Soal BPJS, bagaimana sebenarnya sikap pemerintah?Saya pikir, lebih kepada proses bersifat strategisnya dan kemudian masalah teknis. Kalau strategis, tentu kesiapan di institusinya. Saya pikir mesti lebih banyak diskusi dengan pemangku kepentingan karena kami di satu pihak menuju ke sistem yang lebih ramping. Di pihak lain, sistem yang sekarang harus berjalan baik sehingga transisi lebih baik.
Kedua, coverage yang lebih luas. Tadinya para peserta asuransi betul-betul  aktif dan kini menjangkau seluruh masyarakat. Saya kira bagian ini yang menjadi tantangannya disamping prosesnya juga cukup panjang. Saya rasa dengan pendapatan pemerintah yang makin besar, kami harus melihat dalam konteks yang menyeluruh, bukan lagi selektif.
Saya merasa ini sudah sepatutnya. Tapi di lain pihak, Kami juga harus belajar dari kesalahan negara lain yang tak waspada pada risiko apabila tak dikelola secara kesimbungan dan prudent. Mestinya membawa kesejahteraan sosial malah membawa menjadi persoalan dalam kesinambungan perekonomian dan pengelolaan ekonomi.
Berapa dana jaminana sosial yang akan disiapan?
Ini yang harus dihitung, keseimbangan dua-duanya. Kemampuan kita menjaga sosial dan anggaran.
Pada kabinet kali ini, tampaknya terdapat sinyal positif bahwa para pejabat berasal dari kalangan muda. Apa pendapat Anda?
Saya belum pernah diskusi dengan Presiden mengenai masalah referensi beliau soal ini (kabinet muda). Tapi kalau lihat dari mereka yang ikut membantu di sekliling presiden, bukan hanya kementerian, saya melihat memang relatif muda.
Mungkin preferensi juga dari SBY karena ini prerogatif beliau. Dilain pihak, mungkin tak juga eksklusif pak SBY. Saya melihat juga gejala yang sama di sekeliling Wakil Presiden Boediono, dan para menteri juga demikian. Apakah ini eranya usia tak penting lagi menjadi faktor, apalagi di non pemerintah tak ada lagi yg mempersoalkan itu lagi (umur).
Saya pikir usia tak lagi jadi faktor yang menentukan. Mungkin karena struktur kita yang lebih demokratis dan semakin modern. Tidak lagi ada senioritas.
Keputusan Anda beralih dari jalur diplomasi ke ekonomi salah satunya karena andil Dorodjatun Kuntjoro Jakti. Bagaimana kisahnya?
Saya aslinya berasal dari lingkungan Departeman Luar Negeri (Deplu) dan seangkatan pak Marty Natalegawa (Menteri Luar Negeri). Saya sempat bertugas beberapa kali dan dua kali di luar negeri yaitu London dan Washington. Waktu di Washington, AS, Pak Djatun tengah menjadi diplomatnya. Ketika beliau selesai menjabat di AS, Pak Djatun pulang dan beliau diangkat menjadi Menko Perekonomian. Sewaktu saya selesai di AS, Pak Djatun meminta saya untuk ikut membantu di kantor Menko. Sudah waktu itu saya tak balik-balik lagi, malah makin melebar.
Saya sempat beberapa bulan ke LPEI, lalu Exim Bank selanjutnya Kementerian Perdagangan, dan terakhir ke Kemenkeu.
Memang dari segi kementerian saya berpindah, tapi dari segi penugasannya lebih bersifat akumulatif, tak lepas satu dengan yang lain. Mungkin sifat dari globalisasi, masalah di satu kementerian menjadi masalah kementerian lain dan masalah global semua saling terkait dan ada manfaatnya satu orang yang sudah ada di satu atau dua tempat.
Saya kira sama seperti swasta. Pada gilirannya disatu pihak diperlukan kemampuan mendalam, spesialisasi. Tapi dilain pihak visi dan jaringan juga menentukan. Ternyata, saat ini persoalan global, krisisnya global. Kalau kita penyelesaiannya terisolasi dari konteks global mungkin akan tak langgeng.
• VIVAnews