Selasa, 28 Februari 2012

Soal Piramida Butuh Penelitian Geologis


"Saya tidak mengatakan bahwa saya tidak percaya, saya hanya butuh bukti lebih lanjut."


VIVAnews - Profesor Stephen Oppenheimer begitu sohor di Asia Tenggara setelah menerbitkan buku berjudul “Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara”. Buku itu terbit pada tahun 1998. Buku ilmiah  itu diramu dari pengalamannya menjadi dokter di sejumlah negara di Pasifik dan Asia Tenggara.

Dia menjadi dokter di kawasan itu antara tahun 1973 hingga 1990-an. Pengalaman menjadi dokter bertahun-tahun itu diramu dengan  temuan genetika, geologi, arkeologi, sejarah, bahasa dan kelautan, maka lahirlah buku tadi.

Dalam buku itu Oppenheimer menulis tentang benua yang hilang di Asia Tenggara, sebuah dataran yang dua kali lebih luas dari India masa kini. Dataran itu dulu menyatukan Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera dengan daratan Asia.

Setidaknya--- begitu ia menulis dalam buku itu --tiga kali “banjir besar” menenggelamkan sebagian besar daratan itu, yang menurut Oppenheimer membuat rakyat berpencar ke berbagai penjuru terutama Pasifik.  Sepanjang karirnya sebagai dokter, Oppenheimer  pernah bertugas  di Malaysia, Papua Nugini, Hong Kong, Nepal dan Kenya.

Banjir besar terakhir itu, kata Oppenheimer yang juga menjadi konsultan acara “The Incredible Human Journey” di BBC itu, terjadi pada 8.000 tahun yang lalu.

Cerita  Oppenheimer ini disebut sejumlah kalangan nyambung dengan cerita Atlantis yang hilang, meski dosen di School of Anthropology Universitas Oxford ini menghindar jika kesimpulannya itu dikaitkan dengan mitos itu.

Penjelasan Oppenheimer ramai diperbincangkan belakangan ini di tengah  Tim Katastrofi Purba yang dibentuk Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial Andi Arief  melakukan penelitian  pada sejumlah tempat yang diduga bersejarah, yang  menguatkan dugaan  adanya bencana besar yang membuat sejumlah peradaban tertimbun.

Tim juga menemukan indikasi bangunan kuno yang berdasarkan uji karbon atas arang yang ditemukan di dekatnya mendekati usia 6.700 tahun yang lalu.

Bagaimana pendapat Oppenheimer yang lulus Fakultas Kedokteran University of London pada 1971 itu mengenai temuan-temuan Tim dari Istana itu? Oppenheimer menjawabnya kepada Arfi Bambani dari VIVAnews dalam wawancara khusus di Grand Bali Beach, Denpasar Bali, Rabu 8 Februari 2012.

Dari sejumlah temuan terakhir, tidakkah Anda melihat ada cukup bukti keberadaan piramida di sini? 
Yang paling penting dari soal piramida ini adalah memastikan apakah temuan itu sebuah monumen atau sebuah struktur geologi.  Dulu ada orang  yang menemukan sebuah bangunan di bawah air di Yonaguni Jepang. Setelah ditelitii ternyata itu bukanlah monumen, melainkan sebuah struktur geologi.
Sebuah formasi bebatuan, namun mungkin ada modifikasi di atasnya. Yonaguni adalah sebuah contoh, dari sebuah struktur geologis, yang terlihat seperti monumen tapi bukan monumen.
[Yonaguni adalah sebuah kawasan paling selatan Jepang yang bersisian dengan perairan Taiwan. Tahun 1998, penyelam menemukan struktur bebatuan yang terlihat tertatah rapi di dasar laut.]
Apakah sudah ada kesimpulan final bahwa Yonaguni adalah struktur geologis?
Saya membaca tentang itu. Saya memang bukan geolog, namun ada seorang geolog yang tertarik. Dia lalu ke sana menyelam untuk memastikan nya.
Bukankah soal ini Anda singgung juga di buku “Eden in the East”?
O, iya. Buku saya dicetak di tahun 1998, dan gambar Yonaguni  itu ada.  Penerbit saya mengatakan masukkan dia ke dalam.  Jika Anda membaca versi Bahasa Inggris, Anda akan menemukan kualifikasi Yonaguni itu. Apakah buatan manusia, dimodifikasi manusia, atau sebuah struktur geologis.
Jadi Anda harus paham apa arti ungkapan ilmiah “dismissal”.  Intinya adalah bahwa saya tidak mengatakan bahwa saya tidak percaya, saya hanya membutuhkan bukti lebih lanjut, baru saya bisa berkomentar.
Apakah Anda tidak melihat bukti dari penemuan terakhir di Gunung Sadahurip
Semua yang saya lihat di VIVAnews, sebuah gambar formasi bebatuan yang mungkin saja gunung vulkanik. Itu hanya gambar. Apa yang kita butuhkan adalah sebuah penyelidikan geologis. Tapi saya perlu tekankan sekali lagi bahwa bukan berarti saya tidak percaya. Saya hanya minta bukti lebih lanjut.  Dan bukti itu harus dipublikasikan di jurnal ilmiah. [Oppenheimer lalu meminta VIVAnews membuka bukunya, Eden in the East]
Semua apa yang saya jelaskan itu ada dibuku ini. Buku ini diterbitkan di Inggris tahun 1998. Namun kami menambahkan kata pegantar baru. Kami melakukan banyak riset. Dan mempublikasikan riset-riset itu dalam jurnal ilmiah.
Saya juga menjelaskan hasil riset-riset itu dalam buku ini. Anda bisa lihat referensinya di kata pengantar baru, di bagian belakang buku, bahwa hasil riset-riset itu telah dipublikasikan di banyak jurnal.
Nah, kini yang ingin saya sampaikan kepada Anda adalah bahwa saya belum melihat bukti publikasi mengenai penemuan di Gunung Sadahurip.  
Anda mengatakan, sebuah kebudayaan besar harus memiliki sistem bercocok-tanam, pengetahuan berlayar, dan lain-lain. Tidakkah Anda melihatnya di sini? 
Saya melihatnya.  Di Indonesia Anda melihat hewan peliharaan bernama sapi. Dahulu kala, sapi itu didomestikasi di Banteng. Itu sudah dulu sekali. Ayam yang kami punyai di Barat, juga didomestikasi di sini. Usia domestikasi ayam 16.000 tahun lampau. Juga babi dan anjing , semuanya didomestikasi di semenanjung Melayu.
Kerbau juga didomestikasi di sini. Gambarnya muncul di relief di Mesopotamia tiga ribu tahun sebelum Masehi. Jadi jelas bahwa hewan peliharaan datang dari Asia Tenggara ke peradaban Barat. Itu bukti gambar. Tanah air kerbau rawa itu adalah di sini,  tapi muncul 4.500 tahun yang lalu di Mesopotamia.
Bukti lain adalah orang berlayar. Jika melihat genetika manusia,  maka Anda akan melihat bahwa karena kenaikan permukaan air laut maka orang keluar, berpencar ke Malaka, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Mereka pasti pergi dengan naik perahu. Pada tahap pertama, mereka pergi ke tempat terdekat seperti Sulawesi, Lombok, Sumba dan Filipina.
Dan Bali?Dulu Bali terkoneksi dengan Jawa. Bali adalah  bagian dari daratan utama (Sundaland). Lombok adalah pulau pertama sebelum kenaikan muka air laut.
Jika Anda mencari bukti dalam dunia pelayaran, maka Anda akan mendapat bukti penangkapan ikan di Timor. Di sana ada alat pemancingan ikan dari 10 ribu tahun lampau.  Ada juga alat dari kerang.  Alat dari kerang yang ditemukan di timur Indonesia itu, sangat mirip dengan yang saya temukan di Pasific. Sangat tua.
Elemen zaman batu muda (neolitik) adalah domestikasi, keramik dan pelayaran. Ingat, pertanian bukan satu-satunya bentuk domestikasi. Yang telah didomestikasi di Indonesia adalah umbi-umbian seperti talas dan ketela. Dan Papua adalah pisang.  Pisang pertama di dunia datang dari Papua dan usianya 10 ribu tahun.
Itu bukti genetika?Bukan. Itu bukti arkeologis.
Bagaimana dengan padi? Saya pernah baca DNA beras datang dari India?
Cerita genetika padi  sangat rumit. Mari mulai dengan penanggalan arkeologis, lebih mudah. Lalu baru balik ke genetika. Padi tertua yang ditemukan di Sarawak, Kalimantan. Padi ditemukan di pot yang retak. Di dalamnya ditemukan butiran padi  dan kapur. Ilmuwan lalu menggunakan karbon dari padi  itu untuk mengetahui penanggalannya. Dan angkanya 5.200 tahun lalu.
Namun beras ini datang dari semenanjung Melayu dan agak terlokalisir di utara Kalimantan. Di timur Indonesia, padi tak ada sampai 2000 tahun lalu. Jadi agak baru. Jawa juga relatif terlambat, namun saya lupa angka pastinya.
Jadi, apa yang dimakan nenek moyang kami?
Umbi-umbian seperti talas dan sagu. Sagu ini cukup penting karena tumbuh liar. Di Mentawai, di pulau lepas pantai Sumatera Barat, mereka memanen sagu. Sagu juga penting di Papua. Satu-satunya umbi-umbian yang tidak dari sini adalah ubi jalar. Dia dari Amerika. Selain itu, semuanya didomestikasi di sini.  Juga ada pisang, kacang kenari dan kelapa yang didomestikasi di sini.
Kembali ke sagu, ada sebuah riset mengenai Kerajaan Sriwijaya bahwa rahasia kebesarannya salah satunya sagu. Mereka tak harus menanamnya, cukup tebang, biarkan seminggu lalu Anda akan dapatkan sagu. Bagaimana dengan itu?
Teknologi untuk sagu ini sangat tua. Anda menemukannya di seluruh Papua dan Pasifik juga. Tidak harus ditanam. Dengan sagu, orang-orang bisa berdiam di satu tempat. Mereka tidak harus berpindah-pindah seperti pemburu dan peramu. Di daerah rawa, Anda akan dapat banyak sagu.
Orang-orang Polinesia tidak menanam padi. Mereka makan sagu, talas, dan ketela. Namun produk mereka ini datang dari sini.
Kembali ke pertanyaan pertama Anda, saya tidak bermaksud mencari sebuah monumen. Jika seseorang menemukan monumen dan sangat bangga, itu jelas sangat baik.
Sebuah monumen adalah sebuah peradaban. Karena Anda harus memiliki peradaban untuk membangun monumen. Namun Anda tidak harus memiliki monumen untuk membuktikan peradaban di masa neolitik.
Monumen adalah puncak, produk final dari peradaban. Akar dari peradaban adalah bagaimana memberi makan rakyat dan bagaimana menyelamatkan diri. Berlayar adalah keterampilan neolitik, bukan keterampilan masa berburu dan meramu.
Berlayar adalah bukti dari kegiatan neolitik. Menangkap ikan dengan alat-alat kompleks adalah bukti peradaban. Tanpa pasokan makanan besar-besaran, Anda tak bisa memberi makan populasi yang membangun kota atau monumen.

Apakah itu berarti orang Bugis sebagai contohnya karena memiliki keterampilan berlayar paling hebat?Anda akan melihatnya besok di presentasi. Umumnya ekspansi populasi terjadi ketika banjir terjadi, terkonsentrasi di Sulawesi, kampung halaman orang Bugis. Tidak hanya Bugis, tapi juga orang Bajo atau Orang Laut
[Presentasi dimaksud Oppenheimer keynote speech di Konferensi Studi Indonesia yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia di Hotel Inna Grand Bali Beach, pada Kamis 9 Februari 2012]
Ketika saya menulis buku ini, saya menawarkan “Hipotesis Dua Kereta.” Ada arus migrasi yang terjadi beribu tahun lampau, yang terjadi jauh sebelum angka yang diteorikan antropolog Australia, Peter Bellwood. Bellwood menyebut 3.500 tahun yang lalu, tapi ada yang jauh lebih lampau lagi.
Bellwood berteori bahwa orang-orang datang dari Taiwan, menyebar di Indonesia dan Filipina dan membunuh semua orang di daerah itu. Saya membantah teori itu.  Sebab yang terjadi sesungguhnya adalah sebaliknya. Orang-orang Taiwan berasal dari sini.
Dalam hipotesis saya, ada dua migrasi. Migrasi pertama 6.000 tahun yang lalu. Saya berargumen mereka mengkoloni sebagian Papua Nugini, Kepulauan Bismarck dan Kepulauan Admiralty. Mereka berdagang bebatuan obsidian dari sana ke Sabah. Maksud saya, dari 6.000 tahun lalu, orang menetap di sini, (Oppenheimer menunjuk peta kepulauan Bismarck), dan lalu terjadi pertukaran teknologi.
Apakah mereka dari Maluku?Iya. Bahkan lebih ke barat; Kalimantan dan Sulawesi. Namun tidak lebih jauh lagi.
Kemudian ada arus orang datang lagi. Lebih sedikit dari yang pertama. Namun dengan teknologi berlayar yang maju sekitar 3.500 tahun lalu. Teknologi baru ini mendorong pergerakan ke seluruh Pasifik. Jadi, ada kereta lambat dan kereta cepat yang umumnya memakai teknologi. Sedikit yang bawa genetika namun banyak bawa teknologi.

Dan pusat penyebaran ke Polinesia ini di Pulau Bismarck. Hal ini dijelaskan dalam makalah baru yang akan diterbitkan. Ada makalah baru di sini .
(Oppenheimer menunjuk daftar pustaka bukunya yang merujuk pada makalah yang ditulisnya bersama P Soares, J Trejaut, Catherine Hill, Maru Mormina, dan lain-lain di tahun 2008 berjudul“Climate Change and post-glacial human dispersal in southeast Asia” dalam Jurnal Molecular Biology and Evolution).
Kami memberi penanggalan atas penanda genetika yang menyebar di Pasifik, yang berasal dari kawasan Bismarck ini dan nenek moyangnya berasal dari 8.000 tahun lalu saat banjir terakhir. Ini jelas cocok dengan banjir terakhir. Jadi, kami melihat bahwa ada kereta lambat yang datang 8.000 tahun lalu dan tiba-tiba berkembang di seluruh Pasifik.
Mengenai pengembangan teknologi ini, coba lihat kata-kata yang terkait pelayaran, hampir semuanya datang dari Indonesia, bukan dari Taiwan. Perahu, Anda tak menemukannya di Taiwan. Jadi, pelaut sebenarnya datang dari kawasan Indonesia ini. Ini sudah diketahui dari dulu, namun tak diacuhkan.
Anda juga mengatakan, beberapa teknologi dibawa ke Barat dari sini. Bagaimana dengan genetika?Itu sulit. Ada populasi yang sangat besar di Barat. Namun ada pergerakan teknologi, ayam dan babi. Kerbau pergi ke Mesopotamia. Gambar kerbau tiba di Mesopotamia pada milenium ketiga sebelum Masehi. Itu bukti gambar bahwa mereka datang dari sini ke Mesopotamia.
Juga ada cerita terstruktur mengenai banjir. Dalam catatan Sumeria, ada catatan mengenai banjir. Mereka mencatat banjir yang terakhir 8.000 tahun lalu.
Bagaimana dengan teknologi bangunan seperti piramida? 
Itu jika Anda menemukan piramida di sini. Masalahnya adalah bahwa piramida itu adalah struktur sederhana. Arkeolog akan berargumen bahwa bisa saja piramida itu ada, sebab itu struktur sederhana.
Banyak orang berkata Atlantis di sini, namun arkeolog akan berkata, “terus bagaimana?” Karena itu juga struktur sederhana. Jika Anda mengunjungi candi di Jawa, naiki saja, dan dia bisa seperti piramida. Namun jika benar ada piramida di sini yang lebih tua dari yang ada di Mesir, tentu sangat signifikan.
Karena itu saya harus hati-hati, karena Anda bisa menghabiskan waktu untuk memburunya. Dan jika ternyata itu adalah  gunung, jelas Anda akan mendapat malu.
Di Indonesia, ada dua genetika utama, Austronesia dan Melanesia. Mengapa mereka sangat berbeda? Austronesia adalah keluarga bahasa. Anda salah menyatakan bahasa untuk rasa. Austronesia sebuah keluarga bahasa yang menyebar sampai ke Pasifik. Bahasa tidak setara dengan ras. Saya ambil contoh, Orang Prancis berbicara seperti bahasa yang mirip Bahasa Latin hari ini. Namun 2.000 tahun lalu, mereka berbicara dengan bahasa yang mirip Bahasa Celtic.
Orang Prancis mengubah bahasa mereka di masa Imperium Romawi. Ini seperti Singapura, mereka menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa umum. Lihat, bahasa tidak setara dengan ras, tidak setara dengan arus genetika.
Jika Anda melihat orang Papua Nugini, mereka yang tinggal di pesisir, berbicara bahasa Austronesia. Namun mereka sangat hitam dan berambut keriting. Jadi, bahasa tidak setara dengan ras. Bahasa bukan bukti dari penyebaran orang dari Taiwan.
Pertanyaan lain, lupakan bahasa, di Papua Nugini sendiri terdapat empat keluarga bahasa.
Apakah itu berarti orang Papua Nugini sangat tua secara genetis?
Ya, mereka sangat tua. Penemuan arkeologi terakhir 45 ribu tahun dan seharusnya lebih tua lagi. Di Australia, tahun perkiraannya 60.000 tahun yang lalu. Katakanlah, orang datang dari Afrika ke sini 70.000 tahun yang lalu, setelah letusan Gunung Toba; lihat mereka sangat cepat sampai ke Papua Nugini dan Australia.
Jika melihat genetika di Papua Nugini dan Australia, terlihat mereka di koloni pada masa yang hampir bersamaan. Dan sepanjang masa mencapai Australia dan Nugini, 60.000 tahun lalu, orang harus menyeberang lautan untuk mencapainya.
Bagaimana mereka melakukannya?
Dengan kapal atau rakit. Beberapa orang mengatakan mungkin saja dengan mengapung tak sengaja. Namun itu hanya satu orang, akan sangat beruntung jika dua orang. Namun buktinya, bukti kolonisasi di Australia dilakukan banyak orang dari garis keturunan berbeda-beda. Ini memang tak mudah namun bukan tak mungkin dengan rakit.
Jangan lupa, ada Kepulauan Solomon di Pasifik. Mereka sampai di sana 30.000 tahun yang lalu. Mereka sudah berlayar, berkano, lebih dari ratusan mil.
Garis di sini, yang memisahkan Bali dan Lombok, Sulawesi dan Kalimantan—garis Wallace, telah menjebak orang di sini (Papua Nugini) dalam isolasi relatif. Anda tahu maksudnya relatif? Sebagian. Jika Anda bisa mencapai Indonesia timur, Anda bisa ke sana lagi. Garis Wallace ini seperti penghalang, seperti filter.
Jadi, orang-orang di sini (Papua Nugini dan Australia), relatif tidak tercampur. Mereka hampir seperti pendatang pertama.  Orang-orang Nugini terlihat seperti orang Afrika.
Lalu apa yang menyebabkan perbedaan tampilan?Jika Anda melihat perubahan pada orang-orang non-Afrika, ada perubahan namun tidak besar. Beberapa di antaranya hanya mengalami perubahan yang sangat kecil. Saya beri contoh orang Eropa yang berkulit pucat.
Alasan berkulit pucat karena mutasi tunggal pada enzim yang bertanggung jawab membuat kulit gelap. Mutasi ini mengganggu produksi melanin pada orang Eropa. Mereka tinggal di utara dan cuaca kerap hampir tanpa matahari, sementara vitamin D diproduksi dengan bantuan matahari.
Jika orang-orang Eropa tak berkulit pucat, mereka bisa kekurangan vitamin D. Jadi mutasi adalah adaptasi terhadap kehidupan di utara.
Orang-orang China punya mutasi yang berbeda lagi sehingga membuat mereka memiliki kulit pucat namun rambut tidak menjadi pirang. Mereka beradaptasi dengan cara yang sama dengan orang yang tinggal di utara. Bahkan di India, Anda bisa melihat orang di utara India yang memiliki kulit lebih pucat.

Tahu Celahnya, Indonesia Bisa Sangat Tangguh



JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak ada negara manapun di dunia yang memiliki ratusan suku dengan beragam budaya dan 300 bahasa, namun bisa sepakat menggunakan satu bahasa persatuan, kecuali Indonesia. Padahal, wilayahnya pun tidak kecil. Antara Aceh hingga Papua, misalnya, setara dengan jarak dari Iran di Asia hingga Perancis di Eropa.
Kalau tahu celahnya dalam memanfaatkan keunggulan budaya, Indonesia pasti bisa menjadi negara yang sangat tangguh. - Didi Kwartanada
Dari sisi potensi alam, Indonesia merupakan negara di dunia yang paling banyak memiliki gunung api aktif yakni 127 gunung api. Jika memiliki gunung api, maka otomatis sumber daya alamnya melimpah mulai dari emas, gas alam, panas bumi, batubara hingga kekayaan flora dan faunanya.

Namun mengapa Indonesia tak kunjung maju?

”Padahal, dalam sejarahnya, Indonesia pernah sangat hebat. Budaya bangsanya pun sangat mendukung,” kata  Aan Rukmana, Ketua Harian Nabil Society, Selasa (28/2/2012) di Jakarta.


Bagaimana memanfaatkan budaya untuk kemajuan Indonesia?

Persoalan inilah yang akan dibahas dalam seminar bertajuk ”Cross Cultural Fertilization : Sebuah Strategi Kebudayaan” atau penyerbukan silang budaya untuk kemajuan Indonesia.

Seminar ini akan diselenggarakan di Universitas Paramadina Jalan Gatot Subroto Jakarta pada Selasa (28/2/2012) hari ini  pukul 09.30 – 12.00 WIB.

Sejumlah pembicara akan menyampaikan pandangannya, seperti sejarawan senior Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) Prof Dr Taufik Abdullah, Wakil Pemimpin Umum Kompas St Sularto, dan  budayawan Nirwan Ahmad Arsuka. 

Seminar yang diadakan Nabil Society, Paramadina, dan Harian Kompas ini terbuka untuk umum.

”Kalau tahu celahnya dalam memanfaatkan keunggulan budaya, Indonesia pasti bisa menjadi negara yang sangat tangguh,” kata anggota Dewan Pakar Yayasan Nabil, Didi Kwartanada.

Indonesia Serumpun dengan Malaysia?



JAKARTA, KOMPAS.com — Anggapan yang salah jika dikatakan Indonesia merupakan bangsa serumpun dengan Malaysia. Indonesia lebih hebat dan lebih beragam dibandingkan Malaysia.
Kalau disebut bangsa serumpun, identik dengan Melayu saja, sedangkan suku bangsa, bahasa, dan budaya suku lain dinihilkan.
"Serumpun apanya? Dalam bidang suku dan budaya, Malaysia tidak ada kaitannya sama sekali dengan budaya Papua, Flores, maupun budaya lainnya yang ada di Indonesia. Indonesia lebih luas, hebat, dan beragam!" kata sejarawan Dr Anhar Gonggong dalam Seminar "Cross Cultural Fertilization: Sebuah Strategi Kebudayaan" yang berlangsung di Universitas Paramadina Jakarta, Selasa (28/2/2012).
Tampil sebagai pembicara Guru Besar Sejarah Prof Taufik Abdullah, Wakil Pemimpin Umum Kompas St Sularto, dan budayawan Nirwan Arsuka.
Menurut Anhar, bangsa Indonesia jangan mau direndahkan oleh bangsa mana pun dengan iming-iming sahabat dekat, bangsa serumpun, dan sebagainya, tetapi di belakang merendahkan bangsa Indonesia dengan sebutan Indon dan sebagainya.
"Ingat, Indonesia dalam sejarahnya saat masih dalam kekuasaan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, wilayahnya sangat luas serta mencakup beberapa negara tetangga sehingga disebut Nusantara," kata Anhar.
Sebutan Indonesia, kata Anhar, merupakan buah pikiran jenius para pendiri bangsa yang bervisi jauh ke depan untuk menyatukan suku-suku bangsa, bahasa, dan kebudayaan yang sangat beragam.
"'Kalau disebut bangsa serumpun, identik dengan Melayu saja, sedangkan suku bangsa, bahasa, dan budaya suku lain dinihilkan," kata Anhar.
Cendekiawan Harry Tjan Silalahi mengatakan, jika Indonesia dan Malaysia dianggap serumpun maka keberadaan suku dan budaya lain di luar Melayu dianggap tak ada. "Pandangan ini sesat dan berbahaya," ujarnya

Juara Dunia, Aplikasi Buatan Indonesia Raih Rp 600 Juta



KOMPAS.com — Dua developer (pengembang aplikasi) dari Indonesia memenangkan kontes "Create for Millions" yang diadakan oleh Nokia. Berita gembira untuk Indonesia ini diumumkan oleh Nokia bersamaan dengan ajang teknologi Mobile World Congress 2012 yang berlangsung di Barcelona, Spanyol.

Adalah Mico Wendy dengan aplikasi Baby Write Number yang menjadi pemenang utama untuk kategori "Access to Knowledge" dan Kemas Dimas Ramanditya dengan aplikasi TransJakarta S40 yang menjadi pemenang ketiga untuk kategori "In The Know".
Kontes pembuatan aplikasi untuk ponsel Nokia berbasis S40 ini sebelumnya telah digelar dalam skala nasional dan terpilih tiga perwakilan Indonesia untuk bertarung di tingkat internasional. Dua aplikasi di antaranya memenangkan kontes ini.

Aplikasi Baby Write Number merupakan aplikasi yang membantu orang tua mengajarkan anak-anak usia pra-sekolah untuk mengenal dan menuliskan angka. 
Sedangkan aplikasi TransJakarta S40 adalah aplikasi yang membantu pengguna bus transjakarta untuk mengetahui jadwal bus dan kondisi halte-halte bus transjakarta di Jakarta.

"Kontes ini membantu strategi Nokia untuk mengidentifikasi konten yang relevan di skala lokal, yang bisa berjalan di platform Java dan Web Apps Nokia Series 40," ungkap Nokia dalam posting-an blognya.

Dua pemenang dari Indonesia ini diundang Nokia untuk menghadiri acara penyerahan penghargaan dalam acara Nokia Developer Day di Mobile World Congress (MWC) Barcelona, Spanyol, Senin (27/2/2012). 

Para pemenang utama di masing-masing kategori akan mendapatkan hadiah uang 50.000 euro (sekitar Rp 615 juta) dan mendapat kesempatan promosi secara global di jaringan Nokia.

Indonesia cukup banyak mengirimkan aplikasi dalam kompetisi "Create for Millions" ini, yakni 149 aplikasi. Jumlah ini menempatkan Indonesia menjadi urutan kedua terbanyak setelah India.

Dari 149 aplikasi, terpilih tiga aplikasi untuk maju ke tingkat internasional. Sayangnya, aplikasi Urban Fatburner Macho! (untuk kategori Fun and Games), yang dibuat oleh Agate Studio, dikalahkan oleh developer dari negara lain.

Berikut adalah daftar nama-nama pemenang Nokia’s 2011 Create for Millions Developer Contest:

Access to Knowledge:

1. "Baby Write Number" oleh Mico Wendy, Indonesia
2. "myQR.Card" oleh Damian Dominiak, Polandia
3. "YouTube Teletext" oleh David Bello, Kolombia

Emotional Closeness:
1. "I'm Feeling..!" oleh Mohammed Diab, Mesir          
2. "Soundtracker Radio" oleh Daniele Calabrese, Amerika Serikat
3. "Qeep" oleh Stefanie Merten, Jerman  

Fun and Games:
1. "Sushi Loop" oleh Kosti Rytkönen, Finlandia  
2. "Sandbox" oleh Alexander Fürgut, Jerman      
3. "Crash Test Dummies 2" oleh Ledicia Perez, Inggris

In the Know:

1. "AroundMe" oleh James Mwai, Kenya  
2. "HeatMap" oleh David Bello, Kolombia
3. "TransJakarta S40" oleh Kemas Dimas Ramanditya, Indonesia
Selain para pemenang ini, ada pula kategori terbaik, yakni:
Best Series 40 Location-based App: "Locago" oleh Patric Nordström dari Swedia.
Best Series 40 Touch-based App: "Sandbox" oleh Alexander Fürgut dari Jerman.    
Best Series 40 Web App: "AroundMe" oleh James Mwai dari Kenya dan "HeatMap" oleh David Bello dari Kolombia.

Dosa-dosa Para Pemimpin Nusantara



Peresensi buku : Imam Qalyubi
Buku         :   Melayu Hilang di Dunia
Penulis      :   Khalid Salleh
Penerbit    :   Rentak Positif Sdn Bhd, KL , 2011.
Tebal          :   314 halaman
Khalid Salleh adalah budayawan dan aktor film maupun teater Malaysia, yang sering memerankan tokoh etnis Jawa , apalagi karena ia memang pernah nyantrik di Bengkel Teater WS Rendra.
Khalid Salleh bahkan pernah meraih aktor terbaik Festival Film Asia Pasifik ke 43 di Taipei sebagai pemeran imigran Jawa dalam film “Jogho” karya sutradara terkenal Malaysia generasi Garin Nugroho, yaitu U-Wei Haji Shaari.
Khalid Salleh juga suka menulis buku, yang kebanyakan dinilai keras dan kontroversial untuk ukuran Malaysia, yang memang lebih konservatif dibanding Indonesia. Dalam bukunya yang terbaru, “Melayu Hilang di Dunia”, Khalid Salleh menyoroti sejarah Nusantara dari sudut pandang nasib rumpun Melayu seluruh Nusantara, dengan penekanan pada Melayu Malaysia.
Kesimpulan yang dia ambil adalah, para pemimpin Melayu Nusantara mempunyai dosa-dosa besar yang akibatnya menghancurkan nasib pribumi Nusantara sendiri sejak dulu hingga sekarang.
PRIBUMI YANG DIHANCURKAN
Nusantara dulu adalah kepunyaan pribumi Nusantara, dan itu meliputi Australia, Taiwan ( waktu masih bernama Formosa ), Kamboja, Thailand, Filipina, Ryukyu, dan banyak daratan Nusantara lainnya yang kini jatuh ke tangan bangsa asing.
Australia jatuh ke tangan bule kulit putih para narapidana buangan dari penjara Inggris. Formosa jatuh ke tangan China lalu diganti menjadi Taiwan. Kamboja-Laos-Vietnam dulu punya Melayu Nusantara bernama Champa, kini jatuh ke tangan China juga lalu di”china”kan. Filipina jatuh ke tangan Spanyol kemudian  Amerika, lalu agama dan kebudayaannya di bule-kan full, meski wajah dan kulit mereka masih Melayu Nusantara . Ryukyu kini jatuh ke tangan Jepang dan dijepangkan, sisa-sisa Melayunya tinggal pada beberapa perkataan lokal misalnya “Matahari” dan sebagainya.
Semua itu, menurut Khalid Salleh, tentu karena kelemahan para pemimpin pribumi Nusantara zaman dulu, yang mudah menyerah kepada kejahatan para penjajah asing. Namun Khalid juga mencatat, perselisihan para pemimpin lokal Nusantara, menyumbang banyak kepada kelemahan Nusantara. Apalagi karena sebagian pemimpin Nusantara menjadi komprador yang berkhianat kepada bangsanya,lalu menjalin kerjasama dengan pemimpin penjajah, bahkan sampai sekarangpun hal semacam itu masih terjadi.
Yang masih agak baru adalah nasib Singapura. Dosa Sultan Hussein sebagai Raja Johor adalah menjual Singapura ( salah satu wilayah Johor ) kepada Inggris pada tahun 1824 seharga 33.200 dolar Spanyol.
Inggris lalu menghancurkan kehidupan pribumi Melayu dengan cara mengisi Singapura dengan imigran-imigran dari Cina dan India sebanyak-banyaknya, dan itulah bibit penyakit yang menghancurkan Singapura dan kini menjalar ke Malaysia.
Ketika Inggris memerdekakan Negeri-negeri Melayu, penyakit itu mulai menyeruak. Lee Kwan Yew mendirikan partai Cina ekstrem PAP, dan menghina Partai Cina MCA yang dianggapnya tempat puak Cina lemah dan menghamba kepada pribumi Melayu. Lee Kwan Yew memprovokasi orang-orang Cina dan India agar menghina Melayu, sampai terjadi perang antar-etnis yang menimbulkan banyak korban pada tahun 1964. Tunku Abdul Rahman yang panas hati lalu memisahkan Singapura, dengan tujuan agar kerusuhan tidak menjalar ke Semenanjung Malaya.
Tapi sebaliknya, justru Lee Kwan Yew tertawa mendapat “Singapura gratis” dan sejak itu Lee Kwan yew melanjutkan langkah penjajah Inggris mendesak rumpun Melayu Singapura hingga “Melayu hilang di dunia Singapura”, dan kini Singapura identik dengan Cina,India, Israel dan Zionis.
“Cina pengikut aliran Lee Kwan Yew” melanjutkan perjuangan Lee Kwan Yew dengan mendirikan partai DAP di Malaya Semenanjung, dan tetap menuntut pergantian nama Malaya menjadi Malaysia yang lebih berkonotasi “Malaysia milik bersama antara pribumi dan imigran pendatang”. Sedang nama Malaya mereka anggap berkonotasi milik pribumi Melayu”.
Para aktifis DAP , orang-orang Cina dan India terus menerus bikin pawai menghina Melayu di Kuala Lumpur,dan akhirnya puncaknya terjadi perang antar-etnis antara pribumi dengan pendatang di Kuala Lumpur , yang terkenal dengan nama Rusuhan Berdarah 13 Mei 1969 yang mengakibatkan korban meninggal ratusan orang dari berbagai pihak.
Maka para pemimpin Melayu mulai tegas, mereka mendirikan UMNO dan menerapkan politik garis keras dengan undang-undang ISA yang bisa dipakai untuk menangkap para pembangkang/oposan. Namun sebaliknya, tuntutan agar nama Malaya diganti menjadi Malaysia diwujudkan.
DOSA ATAU BODOH?
Bagi Khalid Salleh, sekalilagi itu adalah dosa para pemimpin Melayu karena terlalu baik hati kepada imigran yang “meminta sepaha padahal sudah dikasih selutut” . Dan kini mereka minta lagi seperut bahkan sedada. Yaitu ketika Mahathir Mohammad, pemimpin UMNO paling ditakuti memilih pensiun tanpa sebab.
Dengan pensiunnya Mahathir, DAP kembali berani berulah,terutama ketika musuh utama Mahathir, yaitu Anwar Ibrahim berani mendirikan partai oposisi PKR.
Dengan dukungan Anwar Ibrahim, plus didukung Partai Islam “garis kacamata kuda” PAS, maka DAP memprovokasi agar para pendukung partai China MCA dan partai India MIC membelot ke partai DAP atau PKR. Gelombang pembelotan Cina dan india berlambak-lambak,akhirnya Oposisi menang lumayan dalam Pemilu Raya 2009.
Sejak itu, para pejabat baru dari partai oposisi Malaysia mulai bergerak menghancurkan kebudayaan Melayu Nusantara dan agama Islam sampai kini. Bahkan yang terbaru, Anwar Ibrahim berjanji, kalau Oposisi menang dalam Pemilu Raya 2013, akan mendukung Israel dan membawa masuk Neo-Liberalisme yang menghalalkan pembaratan total Malaysia.
Itulah, makanya Khalid Salleh dengan geram mengutuk para pemimpin Melayu yang justru mendorong “Melayu Hilang di Dunia” !!!
*) Imam Qalyubi adalah budayawan yang mengkaji KeNusantaraan.

Senin, 27 Februari 2012

Gafatar, Hidupkan Nilai Luhur Pancasila


SLEMAN (KR) - Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) DIY, dideklarasikan sebagai ormas independen yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan, dengan visi dan misi menghidupkan kembali nilai-nilai luhur Pancasila, bersifat universal dan dilandasi semangat kebangsaan. Deklarasi dilakukan di Mataram Ballrom Hotel Sheraton Yogyakarta, Minggu (26/2) dipimpin langsung Ketua Umum Gafatar Mahful M Tumanurung, dihadiri anggota dan pengurus DPD DIY.
Ketua DPD Gafatar DIY Yudistira Arif Rahman Hakim SH menyatakan, gerakan kepemudaan ini bertekad tidak akan menjadi partai maupun berafiliasi dengan partai politik manapun. ”Kami akan berusaha membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dialami bangsa Indonesia, dan menciptakan kondisi masyarakat berbangsa dan bernegara yang damai dan berdaulat, berkeadilan serta bermartabat,” ujarnya.
Dijelaskan Yudistira, Gafatar DIY lahir sejak 16 September 2011. Pihaknya optimis keberadaannya di tengah masyarakat, ke depan mampu berkontribusi  untuk bangsa Indonesia yang saat ini mengalami kemerosotan dari berbagai sisi kehidupan termasuk kebudayaan.
Untuk mewujudkan misi tersebut dibutuhkan   keberanian generasi muda membangkitkan semangat perjuangan melalui aksi nyata.
Ketua Umum DPP Gafatar Mahful M Tumanurung menambahkan, untuk ormas ini pihaknya berjanji akan melakukan reinterpretasi, internalisasi dan reaktualisasi nilai-nilai luhur Pancasila untuk menuju masyarakat Indonesia yang lebih baik.      (M-3)-a